Sabtu, 04 September 2010

JANGAN LIHAT DARI PENAMPILAN SEMATA

Sebuah Renungan Dari Seorang Sahabat
Oleh : Achmad Siddik Thoha

Medan, 04 September 2010
Ketukan pintu mengejutkan pemilik rumah. Bapak pemilik rumah dengan empat orang penghuni bergegas menuju pintu. Disibakkan tirai jendela sedikit. Dilihatnya seorang lekaki dengan tubuh tinggi. Di halaman rumahnya terparkir mobil mewah dengan cat mengkilat. 


"Wah, tamu istimewa nih,” duga pemilik rumah dalam hati. Dibangunkannya seluruh keluarganya. Mereka diminta untuk mengenakan pakaian terbaik. Sang Ibu pemilik rumah segera menuju dapur menyiapkan makanan. Dua anaknya sibuk berbenah.

”Silahkan masuk pak, Maaf rumah kani beratakan.” Sang bapak pemilik rumah mempersilahkan sang tamu masuk.

”Sang tamu begitu memukau seisi rumah. Rambutnya kelimis, wajahnya bersih, dan pakaiannya sangat serasi dengan bentuk tubuhnya. Dari badannya tercium parfum wangi. Semua penghuni rumah sejenak tak bergeming memperhatikan tamu tak diundang ini.

”Boleh saya menginap disini.” Sang tamu memohon dengan santun.

”Oh...dengan senang hati Bapak. Kami sudah siapkan segalanya.” Aneh, si pemilik rumah menerima begitu saja permintaan sang tamu tanpa bertanya lebih lanjut identitas dan keperluannya.

Malam itu, sang tamu menginap. Kamar yang penuh dengan barang pribadi menjadi tempat tidur si tamu. Pemilik rumah begitu berharap, tamunya yang kaya ini puas dengan layanannya. Bayangan bahwa tamunya itu akan memerikan hadiah atas pelayaan terbaiknya menggleayut dalam benak semua pemilik rumah malam itu.

Esok harinya, terjadi kehebohan. Semua penghuni rumah panik. Barang-barang berharga dalam kamar raib. Sang tamu pun menghilang tanpa jejak. Mereka saling menyalahkan. Bahkan sang ibu begitu tertekan hingga jatuh sakit. 

Namun mereka akhirnya sadar, bahwa tampilan menawan tamu telah menipunya. Kemewahan, ketampanan, wangi dan sopan santunnya hanyalah fisik yang menipu daya.

Esok harinya, ketukan terdengar pelan dari pintu rumah. sang bapak pemilik rumah melongok ke luar lewat jendela. Seorang kakek dengan pakaian lusuh. Janggutnya tidak terawat an rambutnya acak-acakan. 

”Pak, siapa lagi tamu itu. Awas hati-hati, apalagi orangnya kusut gitu.” Kata Anak lelaki Pemilik Rumah.

” Iya pak, kita gak usah hiraukan pak. Jangan-jangan lebih parah dengan tamu kemarin.” Anak perempuannya menimpali.

”Pak, saya dengar Ibu sakit ya.” Tamu itu memulai pembicaraan.

”Mungkin saya bisa membantu. Kebetulan saya mendengar dari tetangga Bapak saat saya melintas bahwa ada yang sakit di rumah ini. Boleh saya masuk?”

”Siapa Bapak ini? Apakah kita pernah kenal?” Bapak pemilik rumah heran dengan tawaran tamu kusut itu.

”Saya musafir pak. Saya suka datang ke rumah orang-orang untuk bershilaturahim. Mungkin saya juga bisa membantu masalah orang yang saya datangi.”

Bapak pemilik rumah terdiam. Dia tidak begitu percaya pada orang tua itu. Apalagi penampilannya kusut. Namun dia merasa kasihan melihat istriya menderita dengan penyakitnya.Akhirnya, Bapak pemilik rumah mempersilahkan sang tamu kusut mengobati istrinya. Sang istri tak lagi bertanya apapun ketika sang tamu mengobatinya. 

”Semoga istri Bapak bisa sembuh dari sakitnya. Maaf saya tidak bisa berlama-lama. Saya harus melanjutkan perjalanan saya. Terima kasih mau menerima saya.” Sang tamu tadi dengan cepat beranjak. Saking cepatnya pemilik rumah tak sempat mengucapkan terima kasih.

Dari dalam kamar, sang ibu pemilik rumah yang sejak kemarin terkulai lemah, berjalan mendekati suami dan anak-anaknya.”

”Siapa Bapak itu?” Kenapa kalian tidak suruh dia singgah sebentar untuk makan dan beristirahat?” Sang ibu pemilik rumah melihat jauh ke luar rumah berharap masih melihat tamu yang telah menyembuhkan penyakitnya.

********
Tamu pertama adalah kesenangan, kesuksesan, kemudahan dan kelapangan dalam hidup kita. Kebanyakan manusia merasa senang dengan kehadirannya. Bahkan kita menyambutnya dengan sikap yang berlebihan. Saking berlebihannya kita menyambut ”tamu tampan” itu, kita jadi lalai, tidak waspada dan kehilangan akal sehat. Kita bahkan lupa, kesenangan yang tak kita kenali wataknya justru akan merugikan kita. Akhirnya kita akan kehilangan kendali, lupa bersyukur, enggan berbagi dan jauh dari rendah hati. Kita kehilangan ”barang” berharga dalam hidup kita karena berlebihan memperlakukan kesenangan.

Tamu kedua adalah kesedihan, kecelakaan, kemalangan dan kegagalan. Kebanyakan manusia berkeluh kesah bahkan berputus-asa menyambutnya. Bahkan mereka disambut secara berlebihan dengan mengutuk, menyalahkan, sedih berkepanjangan dan patah semangat. Tak jarang orang akhirnya melupakan Tuhannya dan tidak percaya pada bantuan orang lain. Padahal, ”tamu kusut dan lusuh” itu dapat memberi kesembuhan pada perih, luka, sedih dan pahitnya kehidupan kita. Dengannya kita makin kuat, bertambah ilmu dan mejadi bijak. 

Masalah hidup sebenarnya tak terlalu banyak dan panjang dibandingkan kenikmatan yang kita rasakan. Seperti halnya bersekolah, waktu ujian takkan lebih lama dari waktu belajar......... 

Mengapa kita selalu menganggap masalah hidup bisa bisa mengakhiri hidup kita yang sangat berharga........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar